Laman

Selasa, 26 Oktober 2010

Warung burjo


Kata “burjo” merupakan akronim dari bubur kacang ijo, yang merupakan makanan khusus dijual di warung makan “burjo”. Warung makan ini merupakan warung paling diminati oleh para nahasiswa yang menempuh pendidikan di Yogyakarta, diantaranya mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selain menjual bubur kacang ijo, warung burjo juga menjual makanan-makanan yang relative murah, seperti goreng-gorengan, indomie, magelangan, dan beraneka minuman lainnya. Dengan harga yang murah meriah, menjadikan warung makan burjo menjadi sasaran utama para mahasiswa terlebih ketika bulan tua.
Keunikan warung makan burjo ini salah satunya mayoritas pelayannya adalah bersal dari Kuningan, Jawa barat dan system yang dibangun dalam usaha burjo ini adalah cendrung menggunakan system kekeluargaan. Sehingga banyak didapati pelayan burjo masih ada hubungan keluarga dengan pemiliknya. Dan bila kita perhatikan semua warung burjo menjajakan makanan yang sama, resep bubur kacang hijau yang hampir sama dan pelayan yang mayoritas berasal dari daerah yang sama. Tradisi ini merupakan peraturan tidak tertulis yang berasal dari daerah asal warung burjo itu sendiri yaitu Kuningan, Jawa barat. Mayoritas pelayan warung Burjo berasal..
Dalam masalah kepemilikan, berdasarkan survey dilapangan sebagian burjo dimiliki oleh individu, namun kebanyakan burjo yang ada di Yogyakarta hasil kerja sama atau dalam istilah fiqih nya Mudharabah atau perkongsian. Untuk permodalan usaha burjo ini sebagian di miliki modal satu usaha yang tergabung dalam usaha burjo Jogja Grub dan ada juga yang menggunakan modal dengan system perkongsian dua orang sebagaimana diutarakan oleh Mang Muhdi dan Mang Udin. Modal pertama yang harus dan perlu di lakukan adalah untuk meyewa tempat. Menyewa tempat senilai Rp 3,500,000 hingga Rp 40,000,000 begitu juga dengan perlatan yang di gunakan.1

1 Wawancara dengan Mang Muhdi dan Mang Udin, sebagai nara sumber pada hari Ahad tanggal 3 Oktober 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar